Pada tingkat akhir kuliah, aku diamanahi sebagai Direktur IPB Social Politic Center BEM KM (Pusat) IPB. Biro internal ini bertugas sebagai Tim Manajer keempat Kementrian Kebijakan di BEM KM. Keempat kementrian itu antara lain ; Kementrian Kebijakan Pertanian, Kebijakan Nasional, Kebijakan Daerah dan Kebijakan Kampus.
Ranah kerja keempat kementrian tersebut antara lain bertanggungjawab mencerdaskan isu (per wilayah) kepada publik, memfollow-up serta mengadvokasikan isu kepada para stakeholder terkait, serta membentuk gerakan riil bermanfaat bagi publik. Praktis, keempat kementrian ini lebih fokus mengurusi gerakan taktis jangka pendek.
Secara garis besar program kerja dan targetan kami yang bekerja di organisasi bidang sosial politik dari tahun ke tahun relatif sama. Sesuai pengalamanku , aksi-aksi mahasiswa di IPB masih bergerak dalam tataran jangka pendek. Proses regenerasi kader mahasiswa yang bergerak di bidang ini pun belum ada. Oleh karena itu pada tahun 2010 aku berinisiatif membentuk IPB Political School (IPS), sebuah program pembinaan sekaligus forum sharing untuk para mahasiswa IPB yang berkecipung di dunia sosial politik. IPS bertujuan menyiapkan kader sospol berkompeten sekaligus menggiatkan kembali gerakan mahasiswa IPB.
Pada awal pembinaan IPS, kami memakai sistem kurikulum bentuk kuliah lalu praktik. Contoh pada materi pertama yakni wawasan ke-Indonesiaan kontemporer dan peran mahasiswa masa kini. Kami menyampaikan materi lewat pemutaran film dan diskusi langsung dengan mantan aktivis senior kampus. Materi awal ini bertujuan membangun sense kekritisan sekaligus kepedulian mahasiswa terhadap isu publik. Mereka pun diharapkan dapat mengetahui perannya dan lebih kontributif nyata. Selanjutnya pada minggu yang sama, para peserta IPS kami ajak melakukan aksi hijau bersama di kampus.
Seiring perjalanan tidak dapat dipungkiri banyak kekurangan dan hambatan yang harus dihadapi. Anggota IPS yang aktif mulai menurun, hal ini menjadikan aku dan teman-teman (ISPC dan Kementrian Kebijakan Nasional) mulai mengevaluasi sekaligus berusaha mencari terobosan baru. Alhamdulillah waktu itu bertepatan dengan mulai masuknya mahasiswa baru, sehingga kami fokuskan membina mahasiswa baru di IPS. Kurikulumnya pun kami rombak kembali menjadi lebih aplikatif dan menarik bagi peserta.
Di IPS 2, kami fasilitasi peserta dengan program les untuk mahasiswa baru, informasi beasiswa, fasilitas mentoring langsung dengan kakak senior (isu yang dibahas pun bukan sekedar isu politik), acara kebersamaan seperti makan dan nonton film yang mendidik kami tingkatkan. Kami sadar sebuah tim tidak akan berjalan optimal tanpa dibentuk rasa memiliki serta rasa kebutuhan akan tim tersebut. Alhamdulillah IPS kini sangat berperan penting selaku motor gerakan mahasiswa IPB.
Salah satu bentuk solidaritas kami mahasiswa IPB (termasuk peserta IPS), kami yang bergabung dalam Aliansi BEM se-Bogor sejak 30 Oktober 2010 sampai 5 November 2010 berhasil menggalang dana bantuan. Total dana sekitar 23 juta telah diserahkan secara simbolik kepada Korban Merapi dan Mentawai pada Hari Jum’at 5 November di Apa Kabar Indonesia Pagi TV One. Semoga menginspirasi kita untuk lebih berkontribusi riil bagi Indonesia, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar