Sabtu, 05 Februari 2011

Mengapa Aku Ingin Menjadi Pengajar Muda Indonesia Mengajar II ?

Siang itu pada Bulan April 2009 di salah satu ruang ber-AC Gedung MPR RI, sejenak aku menatap kagum pada sosok wajah lelah namun tegar dan lembut di depanku. Salah satu orang penting di negeri ini, pemimpin utama gedung rakyat yang kami duduki saat itu. “Oke, selain dia ada lagi yang ingin menambahkan?” suara tenang namun tajam beliau seketika menjawab kritikan dan keluhan panjang kami para aktivis mahasiswa.


“Baik, kalian mengatakan bahwa masalah di negeri ini banyak dan kompleks, dan kalian pun mengusung TUGU RAKYAT (Tujuh Gugatan Rakyat) untuk kami (pemerintah) sebagai solusi. Kalian tahu tidak, masalah utama bangsa ini apa? Ada yang tahu? Ya, masalah utama bangsa ini adalah MORAL!, begitu banyak orang pintar, orang hebat, program kerja pemerintah yang luar biasa di atas kertas. Akan tetapi sangat sulit untuk diaplikasikan. Mengapa? Karena bangsa ini miskin kepercayaan diri, malu dengan identitasnya sendiri. Anehnya di TUGU RAKYAT yang kalian usung saat ini, tidak satu pun yang menyinggung masalah moral!”

Oke, pada titik ini aku sepakat dengan beliau dan berpikir bahwa sebenarnya alasan utama mengapa semua ini terjadi di Indonesia yakni moral, karakter bangsa kita relatif lemah. Tak kukuh mempertahankan prinsip kebenaran yang hakiki. Atau jangan-jangan nilai kebenaran yang hakiki pun memang tak dimiliki bangsa ini? Oke, kita memang masih diperhitungkan oleh dunia, akan tetapi hanya karena memiliki jumlah penduduk besar dan sumber daya alam berlimpah. Kenyataannya, semua itu pun belum dapat memberi kesejahteraan bagi rakyatnya bukan?

Ah…entahlah, aku pun kembali berpikir apa yang bisa aku berikan untuk negeriku? sesaat aku mengingat awal mulaku mengenal kehidupan dulu. “Ayo, Kalo sudah besar mau jadi apa? Dokter, polisi, insinyur, guru…..” Yup, itulah pertanyaan serta jawaban yang selalu disebut orang-orang sekeliling kita semenjak kecil. Jawaban cenderung abstrak yang berbunyi, “Ingin berguna bagi nusa dan bangsa” pun turut mewarnai ingatanku. Apakah ini salah? Tentu saja tidak! Semua orang berhak mempunyai cita-cita dan mimpi ingin jadi apa ia kelak. Aku sangat terkesan dengan salah satu cuplikan dialog antara Arai dan Ikal dalam Film “Sang Pemimpi”. Arai berkata, “Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpimu…Kalo ndak’ punya mimpi dan harapan, orang-orang macam kita (miskin) ini akan mati kal! 

Ya benar, kita harus bermimpi dan bangkit! Aku sendiri mempunyai cita-cita ingin menjadi pejabat tinggi daerah bidang ekonomi. Mimpi ini tentu tidak dapat langsung terwujud tanpa usaha, dibutuhkan rencana strategis yang jelas dan terarah. Aku ingin sebelum momentum antara kesempatan dan kematangan kepemimpinanku itu datang, aku telah mempunyai pengalaman riil melayani rakyat sekaligus menjadi inspirator para "Laskar Pelangiku" di daerah. Hal itulah yang memotivasiku ingin menjadi Pengajar Muda. 


“Karena aku dengan segala kekuranganku tidak ingin mati sebelum punya mimpi, kemudian berbagi dan mengejarnya bersama kalian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar